Senin, 28 November 2011

Tugas Kebudayaan-suku anak dalam(repost)

Kehidupan Primitif Suku Anak Dalam di Jambi
Pada awalnya untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, Suku Anak Dalam, melaksanakan kegiatan berburu, meramu, menangkap ikan dan memakan buah-buahan yang ada di dalam hutan. Namun dengan perkembangan pengetahuan dan peralatan hidup yang digunakan akibat adanya akulturasi budaya dengan masyarakat luar, kini telah mengenal pengetahuan pertanian dan perkebunan.
Berburu binatang seperti Babi, Kera, Beruang, Monyet, Ular, Labi-labi, Rusa, Kijang dan berbagai jenis unggas, merupakan salah satu bentuk mata pencaharian mereka. Kegiatan berburu dilaksanakan secara bersama-sama dengan membawa anjing. Alat yang digunakan adalah Tombak dan Parang. Di samping itu untuk mendapatkan binatang buruan juga menggunakan sistem perangkap dan jerat.
Jenis mata pencaharian lain yang dilakukan adalah meramu didalam hutan, yaitu mengambil buah-buahan dedaunan dan akar-akaran sebagai bahan makanan. Lokasi tempat meramu sangat menentukan jenis yang diperoleh. Jika meramu dihutan lebat, biasanya mendapatkan buah-buahan, seperti cempedak, durian, arang paro, dan buah-buahan lainnya. Di daerah semak belukar dipinggir sungai dan lembah mereka mengumpulkan pakis, rebung, gadung, enau, dan rumbia.
Mencari rotan, mengambil madu, menangkap ikan adalah bentuk mata pencaharian lainnya. Kini mereka juga telah mengenal pertanian dan perkebunan dengan mengolah ladang dan karet sebagai mata pencahariannya.
Semua bentuk dan jenis peralatan yang digunakan dalam mendukung dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup nya sangat sederhana sekali. Bangunan tempat tinggalnya berupa pondok yang terbuat dari kayu dengan atap jerami atau sejenisnya.
Konstruksi bangunannya dengan sistem ikat dari bahan rotan dan sejenisnya. Bangunannya berbentuk panggung dengan tinggi 1,5 meter, dibagian bawahnya dijadikan sebagai lumbung (bilik) yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi. Ukuran bangunan sekitar 4 x 5 meter atau sesuai dengan kebutuhan keluarga. Disamping bangunan tempat tinggal, dalam satu lingkungan keluarga besar terdapat pondok tanpa atap sebagai tempat duduk-duduk dan menerima tamu.
Kini terdapat tiga kategori kelompok pemukiman Suku Anak Dalam. Pertama yang bermukim didalam hutan dan hidup berpindah-pindah. Kedua kelompok yang hidup didalam hutan dan menetap. Ketiga adalah kelompok yang pemukimnya bergandengan dengan pemukiman orang luar ( orang kebiasaan )
Cara berpakaiannya pun kini bervariasi, yaitu: (1) bagi yang tinggal di hutan dan berpindah-pindah pakaiannya sederhana sekali, yaitu cukup menutupi bagian tertentu saja. (2) yang tinggal di hutan tetap menetap, di samping berpakaian sesuai dengan tradisinya, juga terkadang menggunakan pakaian seperti masyarakat umum seperti baju, sarung atau celana, (3) yang tinggal berdekatan dengan pemukiman masyarakat luar atau desa, berpakaian seperti masyarakat desa lainnya. Namun kebiasaannya tidak menggunakan baju masih sering ditemukan dalam wilayah pemukimannya.
Asal usul Suku Anak Dalam sering juga disebut dengan orang rimba atau Suku Kubu merupakan salah satu suku asli yang ada di Provinsi Jambi. Suku Anak Dalam dalam hidup berpindah-pindah. Dikawasan hutan secara berkelompok dan menyebar di beberapa Kabupaten, seperti di Kabupaten Batang hari, Tebo, Bungo, Sarolangun dan Merangin.
Sejumlah ahli antropolog berpandangan bahwa Suku Anak Dalam termasuk kategori protom Melayu (Melayu Tua) dari beberapa hasil kajian yang dilakukan, menggambarkan bahwa kebudayaan Suku Anak Dalam yang ada di Provinsi Jambi memiliki kesamaan dengan suku melayu lainnya, seperti bahasa, kesenian dan nilai-nilai tradisi lainnya. Salah satu contoh adalah bentuk pelaksanaan upacara besale ( upacara pengobatan ) pada masyarakat anak dalam hampir sama dengan bentuk upacara aseik (upacara pengobatan) pada masyarakat Kerinci yang juga tergolong sebagai protom melayu.
Description: 01Di samping itu ada juga yang beranggapan bahwa Suku Anak Dalam adalah kelompok masyarakat terasing berasal dari kerajaan Pagaruyung. Mereka mengungsi kedalam hutan karena mendapat serangan dan tidak mau dikuasai serta diperintah oleh musuh.
Di dalam hutan mereka membuat pertahanan. Pendapat ini didasari dengan istilah yang digunakan dalam penyebutan Suku Anak Dalam sebagai orang kubu (Kubu bermakna pertahanan).
Suku Anak Dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya diatur dengan aturan, norma dan adat istiadat yang berlaku sesuai dengan budayanya. Dalam lingkungan kehidupannya dikenal istilah kelompok keluarga dan kekerabatan, seperti keluarga kecil dan keluarga besar. Keluarga kecil terdiri dari suami istri dan anak yang belum menikah.
Keluarga besar terdiri dari beberapa keluarga kecil yang berasal dari pihak kerabat istri. Anak laki-laki yang sudah kawin harus bertempat tinggal dilingkungan kerabat istrinya. Mereka merupakan satu kesatuan sosial dan tinggal dalam satu lingkungan pekarangan. Setiap keluarga kecil tinggal dipondok masing-masing secara berdekatan, yaitu sekitar dua atau tiga pondok dalam satu kelompok.
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, mereka memiliki sistem kepemimpinan yang berjenjang, seperti Temenggung, Depati, Mangku, Menti dan Jenang. Temenggung merupakan jabatan tertinggi, keputusan yang ditetapkan harus dipatuhi. Bagi mereka yang melanggar akan dijatuhi hukuman atau sangsi sesuai dengan tingkat kesalahannya.
Peran Temenggung sangat penting karena berfungsi sebagai:
(1) Pimpinan tertinggi (sebagai Rajo),
(2) Penegak hukum yang memutuskan perkara,
(3) Pemimpin upacara ritual,
(4) Orang yang memilki kemampuan dan kesaktian.
Oleh sebab itu dalam menentukan siapa yang akan menjadi emenggung harus diperhatikan latar belakangnya, seperti keturunan dan kemampuan memimpin dalam menjalankan tugasnya.
Kepercayaan Suku Anak Dalam terhadap Dewa-dewa roh halus yang menguasai hidup tetap terpatri, kendatipun diantara mereka telah mengenal agama islam. Mereka yakini bahwa setiap apa yang diperolehnya, baik dalam bentuk kebaikan, keburukan, keberhasilan maupun dalam bentuk musibah dan kegagalan bersumber dari para dewa. Sebagai wujud penghargaan dan persembahannya kepada para dewa dan roh, mereka melaksanakan upacara ritual sesuai dengan keperluan dan keinginan yang diharapkan. Salah satu bentuk upacara ritual yang sering dilaksanakan adalah Besale (upacara pengobatan).
Suku Anak Dalam meyakini bahwa penyakit yang diderita sisakit merupakan kemurkaan dari dewa atau roh jahat oleh sebab itu perlu memohon ampunan agar penyakit yang diderita dapat disembuhkan. Properti yang digunakan dalam upacara besale sangat sarat dengan simbol-simbol.
Dari proses adaptasinya dengan lingkungan, Suku Anak Dalam juga memilki pengetahuan tentang bahan pengobatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Melalui panca indranya mampu membedakan tumbuhan beracun dan tidak beracun termasuk mengolahnya. Pengetahuannya tentang teknologi sangat sederhana, namun memiliki kemampuan mendeteksi masalah cuaca, penyakit dan mencari jejak.


Sumber

Photographs

puisi ini saya peruntukkan untuk mendiang ayah saya
"Senang bila kau bisa membaca ini disana, pa!"


Photographs

I gazed over the windows, just a porch with wet leaves
As I set my mind sailing in such a rainy night, I
Was dying  in sober.
Stranded widely  away to nowhere
Till i found the lights were all off caused by blackout
It was dark, so i prepared a candle and made up a light in my living room
I walked carefully but my feet  hit  an unclosed cupboard
And found those paper popped out from it

Photographs
Took me away,
Back to those moments when
I could see the curves  positively toward the camera
                Warm like a sunshine in summer paradise
He used to
Smile mostly and brought it all the happy memories
Laugh sometime just to show how happy he was when we all gathered up around
My father
                Those photographs reminded me
                To always say “Thank you for being around”
.............................................
Time took more than expected
Second by second, minute by minute, hour, day, month, year....
Rain kept tearing
Outside inside
And I didt notice a candle has its time to enlight against the darkness
So do I
So do I
And when the teardrops fell
Upon those photographs
The candle was off
Leaving me with the remain feeling of missing someone.

Night by night

puisi ini menceritakan tentang kausalitias orang orang yang mencari kenikmatan hidup pada malam hari, 
tentang polusi urban dimana kebebasan tersentralisasi pada kehidupan malam yang liar dengan tema prostitusi saya menulis puisi ini

Night by night
Catfishes are jolting out of the water
then fall down so helpless near the pool with silence,
suffering in shiver
sitting underneath the moon while the bat in doubt
of anysounds i cant clearly hear

no one cant hardly wake up
on this sleeping land
no one even cared to stop
and midnight is quite clueless

catfishes are still dying in silence
dont know kindly where to stay and who to believe in
seeing the bat flying over the misery, I
find out that we'll go
then pass the night with an empty sight

nowhere to stay
nowhere to run
nowhere to win
nowhere to lose
it's nowhere
worth a waiting

(wither wither drown in this heavy breathe)

we are now
lost in our own sahara
Widen up your wings, my human fly we'll make a travel across the skyline
i can see fireflies at one o'clock but no way back I'd like to find
nodding my head up and doubt is a way left behind
i should go with you,can i beg if you dont mind?


Have you ever seen a dazzle from diamonds in the sky?
Whom its constellation sparks on milky way through your eyes
are you the breeze that makes grass dancing under the moonlight?
Cause i wanna open up the window, breathe and let nature guide

to somewhere
to somplace
a light ahead
a light upside
follow you back home
free
i'm running away
Not vowing nor turning away.
My wet and reddish bone
never angry to feel me
walking,
to the edge where no one could ever
minded to go before

My wet and reddish bone
never explain the reason why
he could not
stand alone and leave me apart
way I would never find it out

My wet and reddish bone
i wish we could have a warm
chatter
somewhen to talk, somewhere to share
it all together

My wet and reddish bone
now I hate you for being such an ignorant
for hiding the fact that I have had these
bad bad disease
grown into a crisis
oh no!
OH NO!

OH NO!!

I smell a betrayal fragrance around here, and I cant hardly deny that i am affraid
that it comes from you

for not giving me a warning sign
for not even tried to stop and save me
what a compound, what a compound

whole things are joining to be

now I know and
now I know
now I know and
I clearly know
no one had ever stood with me,
but you
and no one else

"we comitted it to ourself"

and I wont tell you anywords
still I wish I could

no i am not angry cause I will leave it all in such a peaceful white
no i am not angry cause I will leave
as it was promised before

and when final shiver comes
vibrating from spine to toe
we already set ourself free,
just me and my wet and reddish bone
Erase them, and let me breathe in brand new air, cause all is white. Wither and white.